Kamis, 12 Oktober 2017

3. 3 Kasus-kasus

1. Go-Jek Sesalkan Putusan Dishub Jabar Larang Transportasi Online




Dinas Perhubungan (Dishub) Jawa Barat (Jabar) baru saja mengeluarkan larangan beroperasi bagi transportasi online sebelum diterbitkannya peraturan baru mengenai hal tersebut.
Menanggapi putusan tersebut, Go-Jek menyesalkan penutupan layanan transportasi online oleh Dishub Jabar.
"Keputusan ini akan sangat merugikan para mitra pengemudi dan konsumen yang selama ini telah merasakan kemudahan dalam kehidupan sehari-harinya dari layanan Go-Jek," kata manajemen Go-Jek kepada Tekno Liputan6.com, Rabu (11/10/2017) di Jakarta.

Go-Jek menyebut, layanan aplikasi on-demand seperti Go-Car hadir dengan niat baik untuk memberikan solusi atas layanan transportasi yang mudah dan nyaman sekaligus memberikan peluang bagi pekerja sektor informal untuk meningkatkan kesejahteraannya.
"Kehadiran layanan transportasi online juga telah terbukti menambah pendapatan bagi ratusan ribu mitra pengemudi," ujar penyedia layanan transportasi online itu menambahkan.
Terkait dengan perizinan, sebagai perusahaan karya anak bangsa, Go-Jek mengklaim senantiasa memenuhi aturan yang berlaku.
"Saat ini kami telah mengantongi izin usaha seperti SIUP, TDP dan izin usaha lainnya," pungkas Go-Jek.
Untuk diketahui, larangan itu merupakan salah satu isi Surat Pernyataan Bersama antara Pemerintah Daerah Provinsi Jabar dan Wadah Aliansi Aspirasi Transportasi (WAAT).
Surat Pernyataan Bersama terkait angkutan sewa khusus atau taksi online ini telah disepakati di Gedung Pakuan Gubernur Jabar, Kota Bandung, pada 6 Oktober 2017.

2. Heboh, Sticker Porno Beredar di Telegram

Jakarta - Telegram kembali menjadi perhatian di Indonesia. Di mana kali ini soal sticker berbau pornografi tersedia di layanan pesan instan tersebut.

Sticker yang dimaksud dapat ditemukan di domain telegramhub.net. Sticker berbagai kategori bisa dijumpai di sana, termasuk sticker yang isinya adegan tidak pantas.

Berdasarkan penelusuran detikINET, sticker untuk Telegram ini rata-rata tak sesuai dengan nilai-nilai kesopanan. Bahkan, bila menelusurinya dengan mengetik keyword, bisa ditemukan sticker mesum.

Bahkan, sticker tersebut dapat ditambahkan ke aplikasi Telegram. Tidak ada persyaratan atau bentuk himbauan apapun mengenai sticker mesum tersebut. Meskipun memang ketika dicari tampilan dari sticker itu buram, tapi menjadi jelas wujudnya ketika ditambahkan ke Telegram.

Telegram memang menyediakan banyak sticker untuk dikirimkan oleh para penggunanya dan menambah keasyikan. Akan tetapi biasanya selama ini, gambar itu bertema lucu, tidak sampai mesum.

Saat dicoba konfirmasi mengenai persoalan tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengatakan laporan sticker mesum itu sedang dilaporkan kepada pihak Telegram. Seperti yang diucapkan oleh Dirjen Aplikasi Informatika (Aptika) Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan.

"Sedang ditindaklanjuti ke Telegram. Terima kasih infonya," kata pria yang disapa Semmy ini saat dimintai tanggapan.

Telegram sendiri beberapa waktu lalu sempat diblokir di Indonesia karena dianggap memfasilitasi para teroris. Blokir itu kemudian dibuka setelah kedatangan CEO dan pendiri Telegram Pavel Durov ke Indonesia. Di mana ia berjanji akan mematuhi segenap peraturan di sini. (fyk/fyk)

3. Perusahaan Akuntansi Besar Dunia Jadi Korban Hacker
Jakarta - Salah satu perusahaan akuntansi terbesar di dunia, Deloitte, menjadi korban serangan hacker. Serangan ini berdampak pada terbongkarnya dokumen dan email milik klien. 

Dikutip detikINET dari The Guardian pada Sabtu (30/9/2017), Deloitte diperkirakan telah diserang sejak bulan Oktober tahun lalu. Namun serangan ini baru tercium Maret tahun ini. 

Serangan ini disinyalir merupakan bagian dari rangkaian aksi hack yang ditujukan kepada organisasi-organisasi besar dalam beberapa bulan terakhir, yang diawali dengan pembobolan terhadap Equifax, sebuah Komisi Sekuritas dan Bursa sekaligus agensi perkreditan.

Diduga, hacker masuk ke dalam sistem milik Deloitte melalui 'akun administrator' yang memberikan jangkauan terhadap seluruh akses. Akun tersebut hanya membutuhkan password tunggal untuk masuk dan tidak memiliki proses verifikasi yang berlipat. 

Dari akses tersebut, kelompok hacker ini dapat mengakses username, password, IP address, informasi mengenai bisnis Deloitte, hingga riwayat kesehatan seseorang. Beberapa email bahkan memiliki konten sensitif.

Pihak Deloitte sendiri telah mengkonfirmasi bahwa mereka menjadi korban serangan cyber. Namun mereka mengklaim, hanya sedikit klien yang terkena dampaknya dan tidak ada gangguan berarti terhadap bisnis yang dijalankan para klien.

"Kami sedang melakukan evaluasi internal mengenai insiden yang tengah berlangsung tersebut melalui protokol keamanan yang komprehensif. Terkait hal tersebut, " ujar juru bicara Deloitte. 

"Kami juga sudah mengabarkan kepada enam klien yang diperkirakan mengalami kebocoran informasi setelah terkena dampak dari aksi tersebut," tambahnya. (rns/rns)

Sumber :
http://tekno.liputan6.com/read/3125370/go-jek-sesalkan-putusan-dishub-jabar-larang-transportasi-online
https://inet.detik.com/law-and-policy/d-3677606/heboh-sticker-porno-beredar-di-telegram?_ga=2.110859589.1553708846.1507782377-673857257.1500624193
https://inet.detik.com/security/d-3665009/perusahaan-akuntansi-besar-dunia-jadi-korban-hacker?_ga=2.110179781.1553708846.1507782377-673857257.1500624193

Tidak ada komentar:

Posting Komentar